Pola Pikir Peduli
Didepan
sebuah rumah berlantai dua di jalan Bronggalan, kota Surabaya, tertata
rapi belasan sepeda angin. Didekat pagar
rumah tersebut terpampang sebuah papan bertuliskan Yayasan Citra Mandiri. Baru saja
berdiri didekat pagar, riuh suara anak-anak begitu nyaring terdengar. Keriuhan
semakin terasa ketika masuk kedalam aula rumah tersebut yang berukuran cukup
luas untuk menampung sekitar 20 anak kecil yang hadir. Anak-anak tersebut
berteriak-teriak sambil mengangkat tangan. Semua pandangan mereka tertuju
kepada satu orang wanita yang berdiri didepan mereka. Wanita tersebut bernama
Ayu Tri (24), salah satu pengajar di yayasan ini. Hari ini
(14/1), ia sedang memberikan sebuah kuis tebak kata bahasa Inggris kepada
anak-anak binaan yayasan.
Berbekal
sebuah spidol dan papan tulis putih, ia mengajak anak-anak didiknya untuk berkompetisi
dengan teman-temannya agar semakin giat dalam belajar, khususnya kali ini adalah
dalam belajar bahasa Inggris. Anak-anak yang sebagian besar merupakan siswa
kelas 3 sampai 5 SD yang berasal dari keluarga berekonomi menengah kebawah tersebut,
begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini. Bahkan beberapa terjadi
pertengkaran kecil ketika ada yang mampu menjawab pertanyaan secara bersamaan. Dengan
sigap Ayu, panggilan Ayu Tri, melerai pertengkaran kecil anak didiknya dan ia
mampu mengakhiri pertengkaran tersebut dengan candaan yang meledakan tawa
renyah semua yang ada di aula tersebut.
Ayu
yang merupakan alumni jurusan Manajemen Bisnis, Universitas Airlangga ini, sudah hampir 2 tahun mengajar di yayasan ini. Setelah lulus dari perkuliahan,
ia menjajaki berbagai pekerjaan yang tidak jauh dari bidang perkuliahannya,
yaitu tentang manajemen bisnis. Namun seiring berjalannya waktu, ia merasa
kurang memiliki kebermaknaan dalam menjalani pekerjaan-pekerjaan sebelumnya.
“Rasanya hampa gitu, meski gaji yang saya dapat lumayan, tapi aku jauh lebih
seneng kalau bisa dekat dengan masyarakat seperti ini”, ungkap wanita asli Gresik ini. Menurutnya, dengan terlibat dalam lembaga yang
berfokus pada kegiatan sosial kemasyarakatan, ia bisa membantu orang lain
disekitarnya yang membutuhkan. Latar belakang ekonomi keluarganya bukan
golongan ekonomi menengah kebawah, namun ketika ia mengamati berbagai realitas sosial yang ada disekitar rumah,
kampus, dan tempat kerjanya yang
sebelumnya, membuat hatinya tergerak untuk menyejahterakan masyarakat miskin sesuai
dengan kemampuan dan minat yang ia miliki.
Meski
ranah pekerjaannya ini berbeda dari apa yang ia dapatkan semasa perkuliahannya yang
merupakan lapangan bisnis, namun dengan menjadi manajer program di yayasan ini,
ia tetap dapat menerapkan ilmu-ilmu manajemen dari perkuliahannya. “Sebenarnya
sama aja, tinggal dicari apa inti dari ilmu manajemen yang ada, lalu tinggal diterapkan
dalam lembaga sosial”, terang wanita yang sering disapa oleh anak-anak didiknya
maupun rekan kerjanya sebagai “Bu Dirut” (Direktur Utama) ini. Ia menjelaskan
bahwa, selain karena tidak tega ketika melihat realitas kemiskinan yang ada, ia
miris melihat lembaga-lembaga sosial yang pernah ia temui sering tidak
termanajemen dengan baik. “Kalau lembaganya ndak dikelola dengan baik, kasihan
masyarakat sekitar yang harusnya dibantu yayasan yang ada”, ungkap wanita yang hobi
menyanyi ini.
Berbekal
ilmu manajemen yang ia miliki, ia berhasil menghidupkan berbagai program untuk
memberdayakan masyarakat sekitar kantor yayasan ini. Selain memberikan program bimbingan
belajar akademik kepada anak-anak didik yayasan, program pendidikan agama dan
moralitas juga diberikan. Namun mengemasnya tidak melulu dengan cara komunikasi
satu arah yang cenderung membosankan, Ayu menggunakan metode pembelajaran dengan
memberikan permainan-permainan yang seru, salah satunya tebak kata seperti yang
dilakukannya hari ini. Ada juga permainan mengisi TTS (teka-teki silang) yang
pertanyaan seputar mata pelajaran yang telah dijadwalkan, menonton film
kemudian diakhir mengajak anak-anak didiknya untuk mengambil hikmah, membuat
prakarya bersama, dan sebagainya.
Selain program pendidikan untuk anak-anak, yayasan yang dikelola oleh Ayu ini juga mengadakan program santunan kepada masyarakat kurang mampu yang tinggal di daerah sekitar kantor lembaga ini. “Kita sering ngasih santunannya cenderung berupa bahan pokok, bukan uang tunai, takutnya kalau uang tunai bisa mereka gunakan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan”, ujarnya sambil menunjukan dokumentasi kegiatan-kegiatan sosial yang ia kelola. Untuk menjalankan program-program yang ada, lembaga ini mengandalkan bantuan dari para donatur. Ayu menjelaskan bahwa setiap bulan para donatur akan dikirim buletin yang berisi laporan-laporan, mulai dari laporan kegiatan yayasan, sampai laporan keuangan. “Itu dibuat agar transparan, biar donatur tau bahwa uang yang mereka titipkan sampai kepada tangan yang tepat dalam pengelolaan kami”, ujarnya sembari menunjukan buletin terbitan bulan ini.
Selain program pendidikan untuk anak-anak, yayasan yang dikelola oleh Ayu ini juga mengadakan program santunan kepada masyarakat kurang mampu yang tinggal di daerah sekitar kantor lembaga ini. “Kita sering ngasih santunannya cenderung berupa bahan pokok, bukan uang tunai, takutnya kalau uang tunai bisa mereka gunakan membeli barang-barang yang sebenarnya tidak mereka butuhkan”, ujarnya sambil menunjukan dokumentasi kegiatan-kegiatan sosial yang ia kelola. Untuk menjalankan program-program yang ada, lembaga ini mengandalkan bantuan dari para donatur. Ayu menjelaskan bahwa setiap bulan para donatur akan dikirim buletin yang berisi laporan-laporan, mulai dari laporan kegiatan yayasan, sampai laporan keuangan. “Itu dibuat agar transparan, biar donatur tau bahwa uang yang mereka titipkan sampai kepada tangan yang tepat dalam pengelolaan kami”, ujarnya sembari menunjukan buletin terbitan bulan ini.
Ayu
berharap, anak-anak muda selainnya dapat meniru jejaknya. Baginya, jika
kesuksesan hanya dinikmati untuk diri sendiri, tidak ada rasa kebermaknaan yang
bisa didapatkan. Pemuda yang hanya memikirkan kesuksesan diri sendiri, merupakan
bibit-bibit masyarakat yang berbudaya konsumtif, egois, bahkan korup.
“Orang-orang yang masuk penjara karena korupsi, kan dasarnya mereka gak peduli
sama masyarakat toh? Coba kalau mereka tau gimana terpuruknya kondisi masyarakat
Indonesia sekarang, ndak mungkin mereka sampai korupsi!”, ujarnya dengan
berapi-api. Mungkin secara penghargaan sosial dan materiil yang didapatkan dari
bekerja di lembaga sosial tidak bisa sebanyak jika bekerja dalam dunia bisnis,
tapi bagi Ayu, harta dan tahta tidak ada yang dibawa mati, yang dibawa adalah apa
saja yang telah dilakukan selama hidup, seberapa berguna diri kita bagi orang
lain selama kita hidup. Terakhir, Ayu yakin bahwa jika banyak, bahkan bila
mungkin semua pemuda di dunia memiliki pola pikir yang sama dengan dirinya, yakni
memiliki pola pikir peduli terhadap kondisi sosial yang ada, maka dunia ini
pasti akan menjadi lebih baik. Tak harus bekerja di lembaga sosial, apapun
pekerjaan dan bidangnya, yang penting adalah harus ada kontribusi nyata untuk
kemajuan masyarakat dan bangsa.
Vinni Putra Dani
071411531033
No comments: